Selamat Datang di SI Predi

Friday, November 5, 2010

Perkembangan Bisnis Ringback Tone (Pengantar Bisinis Informatika)


Nama besar saat ini nothing. Sekarang yang penting lagu! Itulah ucapan untuk menyebut akan kondisi terkini pada musik Indonesia. Ucapan itu mengacu kepada nama besar yang biasanya menjadi pencetak hit, saat ini bukan sebuah jaminan.

Saat ini, wilayah dunia digital telah menguasai wilayah dunia fisikal dengan berbagai senjata ampuhnya.Satu faktor yang menjadi membunuh utama (tentu saja) pembajakan dan ringback tone (RBT).Walau menjadi senjata pembunuh, RBT diakui menjadi obat penyelamat1 industri musik di Indonesia. Transformasi musik telah terjadi.

RBT unik karena tidak populer di negara lain selain di Indonesia. Tren baru dunia musik muncul sekitar 2004 di Indonesia ketika RBT muncul menjadi media altematif dari monoringtone dan polyringlone yang lebih dahulu populer. Sebuah layanan musik seharga Rp9.000 (saat ini harga bervariasi) lewat NSP (Telkomsel), I-Ring (Indosat) dan sebagainya. Layanan digital ini mulai menjadi primadona.

Layanan ini fungsinya adalah penyedia nada 30 detik dari lagu yang dipilih akan terdengar di kuping orang yang menelepon kita. Kita juga akan menyimak lagu tersebut saat menghubungi sebuah nomor yang sudah diaktivasi lagu dari provider tertentu.

Sebuah fenomena aneh, tapi menjadi penyelamat banyak pihak. Ini seperti sebuah simbol identitas dan penanda siapa dirinya sebagai pengaknf RBT. Lagu yang dia aktifkan sebagai RBT seperti menjadi simbol si pemilik. Seperti status update di Facebook dan Twitter untuk membuat analogi.

Dalam RBT, artis besar tidak lagi berpengaruh. Lagu dan lagu adalah nilai jual dari layanan RBT itu. Kualitas kemudian dipertanyakan. Selera diperdebatkan. Namun, the show must go on. Banyak artis besar yang mulai kehilangan kendali. Kalah oleh namanama baru yang memiliki lagu yang jualan untuk RBT.

THE WARNING

SAAT Shawn Fanning dengan Napster menyediakan jasa file sharing gratis di internet pada 1999, kalangan industri musik panik.Kepanikan itu seharusnya sudah mulai disadari saat muncul MP3 sebagai media baru penyimpan data audio. Terlebih ketika Winamp sebagai media player pemutar MP3 ditemukan Jusrin Frankel, dan terus berevolusi menuju digital. Industri baru sadar dan panik saat muncul Napster di internet.

Shawn Fanning dengan produknya, Napster, diajukan ke pengadifan. Naspter pun tutup. Namun, perkembangan musik digital tidak bisa dibendung lagi. Meski lima major label utama (Sony, BMG, Universal, EMI, dan Warner) ditambah Microsoft, Panasonic, Intel, dan Texas Instruments telah membuat komite Secure Digital Music Initiative, mereka tetap saja kecolongan.

Napster tetap memiliki nyawa dan kekuatan. Napster terus menampung data lagu-lagu lewat internet sehingga pengguna bebas saling tukar lagu secara gratis.Napster menjadi musuh utama di dunia musik. Komite yang terbentuk tadi pun terpaksa bubar. Peluang itu disambar Apple dan dibuatlah music clip dengan menggunakan perangkat baru, yang dikenal dengan nama iPod. Pada perkembangannya iPod terus berevolusi menjadi iPod Touch, iPhone 3Gs, dan iPad.

THE DOWNSIDE
KEHADIRAN Apple dengan iPod diikuti munculnya iTunes dan iPhone. Layanan jasa mengunduh dengan biaya berkisar US$1. Belahan dunia lain mengenalkan alat serupa lewat peranti MP3 player dari berbagai brand. Ide paling cemerlang adalah saat teknologi mobile phone ikut bermain sebagai MP3 player. CD yang dibeli bisa langsung disalin di komputer dan dipindah ke ponsel. Itu membuat bajakan makin merajalela.

Filesharing seperti Rapidshare, Limewire, Kazza, Me-diafile dan banyak lagi menjadi media alternatif untuk mengunduh musik secara gratis. Akibatnya, banyak toko-toko penjual CD langsung rontok. Tidak hanya di AS maupun Inggris, di Indonesia pun terjadi serupa.

Toko-toko penjual album fisik di dalam negeri pun mulai mengerucut jumlahnya. Aquarius, Bulletin, Duta Suara, Harika, DMusic, Vision, Golden Precision, dan M-Studio mulai menutup gerai-gerai mereka. Tidak terhitung subritel di pelosok kabupaten sudah banyak yang gulung tikar.

Di sisi lain, berbagai upaya untuk menjual musik digital secara legal pun dilakukan lewat Equinox, iMPort, dan Digital Beat Store, sayangnya tidak bertahan lama. Orang lebih suka membeli album dengan harga murah di lapak bajakan.

Bahkan banyak penjual ponsel di mal-mal menjual lagu secara liar. Mereka sudah tentu tidak akan membagi pendapatan mereka ke pencipta lagu, artis, atau label yang bersangkutan. Polisi sepertinya melindungi para penjual jasa lagu liar. Negara tidak peduli dan seniman menjadi korban.

THE NUMBER OF THE BEAST

DIAKUI, nama-nama besar di industri musik Indonesia saat ini harus bersaing sangat kejam untuk bisa tetap eksis di dunia musik Indonesia. Jika dahulu nama-nama besar itu bisa merengkuh angka jutaan kopi, 3 tahun ini angka itu hanyalah mimpi manis yang entah kapan akan bisa terulang. Berbahagialah mereka yang pernah berjuluk million copies bands seperti Padi, Sheila On 7, Dewa, Jamrud serta Peterpan. Saat ini nama-nama yang beredar dengan penjualan fisikal bisa dihitung dengan jari.

Bermunculan nama baru yang memiliki lagu yang disambut manis oleh pasar membuat industri bergerak dinamis tanpa batas. Band sekelas Ungu, Hijau Daun, Armada, ST12, Vagetoz, Nidji, Kangen Band, Letto, dMasiv, Wali, Lyla, Helo, T2, Radja, Peterpan, The Rock, Mulan, The Virgin dan banyak lagi adalah primadona dunia digital.

"Label saat ini menjadikan CD sebagai outlet untuk menaruh kode RBT saja," kata sebuah sumber dari label ternama di Indonesia.Stasiun televisi sebagai media yang paling efektif dalam menyebarkan info dan promo RBT, sekaligus menjadi media utama untuk menyebarkan virus RBT ke jutaan penduduk Indonesia di rumah.

Penyebar info adalah banyaknya ragam acara seperti inbox, Dahsyat, Derings, By Request, Hot Request, dan lainnya yang rata-rata ditayangkan langsung. Real time di jam prime time sehingga semakin sering acara itu dibuat dengan macam variasinya. Isi acara tersebut salah satu tujuan utamanya adalah menjual RBT.Praktis kode-kode khusus dari sebuah lagu muncul sebagai penanda bahwa aktivasi sebuah RBT bisa berbeda-beda untuk lagu yang sama jika muncul di TV.

THE DIGITAL RISING
LABEL dihadapkan pada fakta di lapangan. Untuk hidup, grup musik harus terus melakukan penghematan dan eksplorasi banyak hal. Mereka seperti mulai tidak peduli dengan album. Musisi atau grup musik mencoba menjual lagu lewat cara jual single. Nama seperti Once, Ari Lasso, Dewa 19, Gigi, dan banyak lagi kemudian merilis single dengan bungkus kompilasi atau malah cuma digital.
>Aquarius bisa dibilang salah satu label yang memulai tren ini. Orang tetap bisa melihat karya mereka di radio. Videoklip ada. Live mereka di TV dan off air ada. Namun, album secara fisik tidak ada. Tak sedikit yang kemudian karena single sukses baru merilis album. Namun, jika single gagal, rencana untuk merilis album ditunda.

Paling fenomenal dalam penjualan RBT adalah grup Wali. Grup itu mendapat penghargaan rekor Muri, karena salah satu lagunya telah diunduh sampai 8 juta RBT dalam dua bulan.Berapa besar sebenarnya pembagian RBT? Temyata banyak variasi tergantung tingkat sosok si artis sebagai hits maker atau bukan. "Rata-rata pihak telco akan menerima 50% dari nilai jual setelah dipotong harga SMS," kata Ade dari Alfa Records. Sisanya 50% dibagi untuk label, artis, publishing, dan produser.

Versi lain seperti dikatakan Satrio dari band Alexa, untuk penulis lagu mendapatkan 6%, artis 12%, dan produser 3%. Sementara itu, Yanti Noer, istri almarhum Chrisye, mengungkapkan pembagian RBT untuk artis dan pencipta lagu sebesar 9%-15%. Di kubu Iwan Fals, pembagian keuntungan untuk artis, publishing, dan pencipta lagu sekitar 10%-15%. Berbeda dengan manajemen Letto, artis mendapat 12% dari hasil RBT.

INTERNATIONAL TELECOMUNICATION UNION

PERKEMBANGAN RBT di Indonesia sudah menjad sebuah bisnis besar. Namun, ada yang bilang prosedui RBT atau nada sambung pribadi (NSP) menyalah aturan internasional. Seperti pendapat pakar telekomunikasi Sutikn Teguh, seharusnya sebelum bunyi RBT didahulu dengan bunyi dering sebanyak dua kali, bila mengaci pada aturan internasional. Sementara itu, di Indonesi; tidak mengikuti aturan internasional, tapi keinginar label. Di sektor pembagian keuntungan juga dianggap tidak adil dan transparan.

THE NOW GENERATIONS

LANTAS bagaimana dengan perkembangan digital Berbagai inovasi mulai melibas hal-hal yang bersifa fisik. Berikut ini ada beberapa teknologi baru dunia digi tal yang dalam waktu dekat akan ada di Indonesia.SPOTIFY iTunes dengan teknologi terbaru mengeluarkan sisten baru mengunduh lagu dengan file kualitas audio CD Tren akan bergerak ke arah master audio CD. Tren iti diikuti Spotify, sebuah perusahaan mirip iTunes yan) mulai beroperasi sejak 8 Oktober 2008.

COCKTAIL

Apple dan empat major label menurut laporan Financia Times sedang mencoba sebuah tren baru dengan kodi nama yang menurut informasi bernama Cocktail. Ih adalah sebuah inovasi baru dengan menyertakan jas; mengunduh full album beserta halaman lirik, foto video, dan kemampuan untuk memutar musik d komputer tanpa menggunakan iTunes.

iPAD

Apple juga baru saja merilis iPad. Sebuah alat ban berukuran 10 cm untuk menyaingi kinerja alat bac; Kindle dari Amazon. Alat yang juga memudahkar untuk terhubung dengan iTunes hingga memudahkar mengunduh film atau musik.

SIRIUS SATELLITE RADIO

Sirius Satellite Radio adalah salah satu inovasi terban berasal dari tren digital untuk wilayah radio. Industr ini menjual jasa mendengar lagu lewat satelit dengar cara membayar langganan yang bisa diatur laguny; sedemikian rupa sesuai dengan pesanan.

BUSINESS RINGBACK TONES

Lewat tren ini perusahaan di luar negeri mula mengembangkan Business Ringback Tone. Sebuah jas; layanan seperti ringback tone, tapi untuk kebutuhar iklan dan info sebuah produk atau yang berhubungar dengan customer service dunia bisnis.

Sebuah survei yang dilakukan Synovate akhir 2009 di 12 negara Asia melahirkan fakta menakjubkan. Survei yang melibatkan lebih dari 8.000 orang itu melakukan tabulasi data, perangkat paling diminati konsumer musik Asia untuk mendengarkan lagu-lagu. Hasilnya adalah hampir 32 % menikmati musik lewat komputer MP3 player (27%), mobile phone (23%), TV /music channel (6%), radio (5%), dan CD (4%).

1 comment: